Senin, 23 Januari 2017

Laporan PKL AIDA PSP13



STUDI ALAT TANGKAP JARING INSANG LINGKAR (ENCIRCLING GILL NET) DI TPI UJUNGPANGKAH,
KABUPATEN GRESIK

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN


Oleh:
AIDA NURUS SUROYYA
26010313130098












FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016




LEMBAR PENGESAHAN

Judul               : Studi Alat Tangkap Jaring Insang Lingkar (Encircling Gill Net) di TPI Ujungpangkah, Kabupaten Gresik
Nama                           : Aida Nurus Suroyya
NIM                : 26010313130098
Jurusan            : Perikanan
Program Studi : Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Proposal Praktik Kerja Lapangan ini telah disetujui dan disahkan pada:
hari                  :
tanggal                        :
tempat             : Semarang



Menyetujui

Ketua Departemen,


Dr. Aristi Dian Purnama Fitri, S.Pi,.M.Si
NIP. 19731002 199803 2 001
Dosen Pembimbing,


Ir. Bambang Argo Wibowo, M.Si
NIP. 19630111 198803 1 003



RINGKASAN

Aida Nurus Suroyya. 26010313130098. Studi Alat Tangkap Jaring Insang Lingkar (Encircling Gill Net) di TPI Ujungpangkah, Kabupaten Gresik (Bambang Argo Wibowo).

Gill net merupakan salah satu alat tangkap yang banyak digunakan oleh nelayan karena gill net adalah salah satu alat tangkap yang ramah lingkungan. klasifikasi gill net berdasarkan kedudukan di perairan dibagi menjadi 3 yaitu gill net permukaan (Surface Gill Net), gill net pertengahan (Midwater Gill Net), gill net dasar (Bottom Gill Net). Sedangkan menurut pengoperasiannya adalah Drift Gill Net, Encircling Gill Net atau Surrounding Gill Net dan Set Gill Net. Jaring Insang Lingkar (Encircling Gill Net) di TPI Ujungpangkah, merupakan salah satu alat tangkap yang digunakan oleh nelayan setempat. Hasil tangkapan utama dari jaring tersebut adalah Ikan Bawal. Ikan Bawal mempunyai mulut yang lebar, bentuk tubuh yang pipih serta warna putih keperakan dan mengkilat.
Tujuan dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah mengetahui konstruksi alat tangkap dan perahu jaring insang lingkar (encircling gill net), mengetahui cara pengoperasian alat tangkap jaring insang lingkar (encircling gill net) dan Mengetahui jenis ikan hasil tangkapan alat tangkap jaring insang lingkar (encircling gill net) di TPI Ujungpangkah, Kabupaten Gresik.
Metode yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan ini adalah metode deskriptif dengan teknik pengambilan data meliputi, observasi langsung di lapangan, wawancara, dan dokumentasi. Pengumpulan data dilakukan dengan memperoleh data primer dan data sekunder dari alat tangkap jaring insang lingkar (encircling gill net).
          Hasil Praktek Kerja Lapangan ini yaitu konstruksi alat tangkap jaring insang lingkar (encircling gill net) terdiri dari tali ris atas, tali ris bawah, badan jaring, tali pelampung, tali pemberat, pemberat, pelampung, dan pelampung tanda. Cara pengoperasian gill net lingkar yaitu melalui setting (penurunan jaring), encircling (melingkarkan jaring), hauling (penarikan jaring). Sedangkan daerah penangkapan jaring insang lingkar (encircling gill net) berada di perairan Ujungpangkah dan hasil tangkapan utama pada alat tangkap ini adalah ikan bawal (Pampus argentus). Sedangkan by catch (hasil tangkapan sampingan) yaitu ikan senangin (Eleutheronema tetradeactylum) dan ikan tembang (Sardinella fembriata).



Kata kunci : Gill net lingkar, Konstruksi,  Cara pengoperasian, Hasil tangkapan

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan laporan Praktek Kerja Lapangan dengan judul “Studi Alat Tangkap Jaring Insang Lingkar (Encircling Gill Net) di TPI Ujungpangkah, Kabupaten Gresik”.
Penyusun Laporan Praktek Kerja Lapangan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik spiritual maupun material, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:            
1.      Ir. Bambang Argo Wibowo, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan petunjuk dalam penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan ini; 
2.      Ibu Trisnani Dwi Hapsari, S.Pi., M.Si selaku dosen wali;
3.      Ibu Dr. Dian Aristi Purnama Fitri, S.Pi,.M.Si selaku Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan;
4.      Bapak Prof. Dr. Ir. Aziz Nur Bambang, M.S., selaku Kepala Laboratorium Teknologi Penangkapan Ikan yang telah memberikan dukungan dalam perancangan judul  Praktek Kerja Lapangan ini; dan
5.      Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini. 
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dan sempuma, karena itu saran dan kritik demi perbaikan penulisan laporan Praktek Kerja Lapangan ini sangat penulis harapkan. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

  Semarang,
Juni 2016

                              Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... ii
RINGKASAN................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR................................................................................... iv      
DAFTAR ISI.................................................................................................. v       
DAFTAR TABEL.......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. ix      
I    PENDAHULUAN................................................................................... 1       
1.1. Latar Belakang................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................. 3
1.3. Tujuan................................................................................................. 3
1.4. Manfaat.............................................................................................. 4
1.5. Waktu dan Tempat............................................................................. 4       
II  TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 5       
2.1. Pengertian Alat Tangkap Encircling Gill Net..................................... 5
2.2. Konstruksi Encircling Gill Net........................................................... 7
2.3.Cara Pengoperasian Encircling Gill Net............................................... 8
2.4. Hasil Tangkapan Encircling Gill Net.................................................. 9       
2.5. Daerah Penangkapan Alat Tangkap Encircling Net........................... 10
2.6. Pengertian Kapal Perikanan............................................................... 12     
2.7. Pengertian Nelayan............................................................................ 13
2.8. Pengertian Tempat Pelelangan Ikan................................................... 13

III. MATERI DAN METODE..................................................................... 16     
3.1. Materi................................................................................................. 16     
3.1.1. Alat  dan Bahan Praktikum...................................................... 16
3.2. Metode............................................................................................... 17     
3.2.1. Metode praktek kerja lapangan................................................ 17     
3.2.2. Metode pengumpulan data....................................................... 17
3.2.3. Data primer dan data sekunder................................................ 18



IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................. 20     
4.1. Keadaan Umum Lokasi Praktek Kerja Lapangan ............................. 20
4.1.1. Keadaan geografis ................................................................... 20
4.1.2. Profil TPI Ujungpangkah......................................................... 22
4.2. Bentuk dan Konstruksi Jaring Insang Lingkar (encircling gill net ).. 28
4.2.1  Betuk Jaring Insang Lingkar (encircling gill net)..................... 28
4.2.2. Konstruksi Jaring Insang Lingkar (encircling gill net)............. 29
4.3. Sarana Pendukung Pengoperasian Jaring Insang Lingkar (encircling gill net)         35
4.3.1. Perahu penangkap ikan............................................................. 35
4.3.2. Tenaga kerja............................................................................. 36
4.3.3. Tempat penampung hasil tangkapan........................................ 36
4.4. Cara Operasi Jaring Insang Lingkar (encircling gill net )................... 36     
4.4.1. Persiapan perbekalan................................................................ 36
4.4.2. Prosedur pengoperasian Jaring Insang Lingkar (encircling gill net)
............................................................................................................ 37     
4.4.3. Daerah penangkapan ikan (fishing ground).............................. 41     
4.4.4. Jenis ikan hasil tangkapan Jaring Insang Lingkar (encircling gill net)           41       
V.   KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 48     
5.1. Kesimpulan......................................................................................... 48     
5.2. Saran................................................................................................... 49     
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 50
LAMPIRAN................................................................................................... 52





















DAFTAR TABEL

                                                                                                                     Halaman
1.        Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan............ 16    
2.        Jumlah Alat Tangkap di Kecamatan Ujungpangkah ................................  22    
3.        Nilai Produksi dan Nilai Produksi Hasil Tangkapan di TPI  Ujungpangkah tahun  2015           25      
4.        Hasil Pengukuran Alat Tangkap Jaring Insang Lingkar (encircling gill net)
...................................................................................................................  29
5.  . Posisi Fishing Ground Alat Tangkap Jaring Insang Lingkar (encircling gill net)            38
6.... Jenis Ikan Hasil Tangkapan Jaring Insang Lingkar (encircling gill net ) pada Stasiun 1 41
7.... Jenis Ikan Hasil Tangkapan Jaring insang lingkar (encircling gill net) pada Stasiun 2    42
8.  Jenis Ikan Hasil Tangkapan Jaring insang lingkar (encircling gill net) pada   Stasiun 3    44
9.  Jenis Ikan Hasil Tangkapan Jaring insang lingkar (encircling gill net) pada Stasiun 4      45
10. Jenis Ikan Hasil Tangkapan Jaring insang lingkar (encircling gill net) pada Staisiun 5    46
11. Koordinat GPS........................................................................................... 60
12. Identifikasi Tangkap Jaring Insang Lingkar (encircling gill net)................ 61











DAFTAR GAMBAR

                                                                                                                     Halaman
1.        Grafik Jumlah Alat Tangkap di TPI Ujungpangkah.................................. 24    
2.        Grafik produksi ikan TPI Ujungpangkah tahun 2015............................... 25    
3.    Grafik Nilai Produksi Ikan TPI Ujungpangkah Tahun 2015..................... 26   
4. .. Grafik Hasil Tangkapan Stasiun 1............................................................. 42
5.  . Grafik Hasil Tangkapan Stasiun 2............................................................. 43
6.... Grafik Hasil Tangkapan Stasiun 3............................................................. 44
7.... Grafik Hasil Tangkapan Stasiun 4............................................................. 46
8.   Grafik Hasil Tangkapan Stasiun 5.............................................................. 47




















DAFTAR LAMPIRAN

                                                                                                                     Halaman
1.        Peta Lokasi Praktek Kerja Lapangan........................................................ 53    
2.        Peta Plotting Praktek Kerja Lapangan...................................................... 54    
3.    Desain Gill Net.......................................................................................... 55   
4. .. Konstruksi Gill Net................................................................................... 56
5.  . Perahu Gill Net Lingkar............................................................................ 57
6.... Log Book Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan....................................... 58
7.... Surat Keterangan Praktik Kerja Lapangan................................................ 59
8.    Kuisioner Hasil Praktek Kerja Lapangan.................................................. 60
9.    Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan...................................................... 64



























I.      PENDAHULUAN
1.1.       Latar Belakang
Sebagai salah satu wilayah Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Gresik memiliki karakteristik daerah yang cukup baik dan menjanjikan untuk dikembangkan dalam berbagai sektor pembangunan. Kabupaten Gresik juga merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di jalur utama Pantai Utara Pulau Jawa atau yang lebih dikenal sebagai daerah Pantura. TPI Ujungpangkah merupakan salah satu TPI yang ada di Kabupaten Gresik.
Menurut Sudarno et al. (2015) bahwa Kabupaten Gresik merupakan salah satu daerah di Jawa Timur yang mempunyai potensi besar dalam mendukung perekonomian dari sektor perikanan. Beberapa daerah kecamatan di Gresik (Kebomas, sebagian Kecamatan Gresik, Manyar, Bungah dan Ujungpangkah) terletak di sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo, sehingga merupakan daerah rawan bencana banjir yang dapat mengakibatkan rawan pangan. Luas wilayah seluruhnya adalah 1.192 Kilometer persegi, merupakan dataran rendah dengan ketinggian 2 – 12 meter di atas permukaan laut. Daerah pesisir yang merupakan daerah pertambakan seluas sepertiga bagian dari seluruh wilayah meliputi sepanjang Kecamatan Kebomas, sebagian Kecamatan Gresik, Manyar, Bungah dan Ujungpangkah.
Diketahui bahwa, usaha perikanan tangkap memanfaatkan sumberdaya hayati perikanan yang dapat pulih. Sumberdaya tersebut dapat dieksploitasi pada tingkat tertentu tanpa dampak negatif terhadap stok sumberdaya ikan. Jadi pada prinsipnya adalah bagaimana menggali sumberdaya yang ada, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia untuk kehidupan manusia. Walaupun sumberdaya perikanan termasuk sumberdaya yang dapat diperbaharui, tetapi jika pengelolaannya salah, maka sumberdaya tersebut akan mengalami kepunahan dan tidak dapat dimanfaatkan lagi oleh manusia (Suharso et al., 2006).
Jaring insang atau yang lebih dikenal dengan gillnet banyak dioperasikan diberbagai titik dikawasan Gresik dan salah satunya di TPI Ujungpangkah Desa Pangkahkulon Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik. Jaring insang yang dioprasikan di Desa Pangkahkulon yaitu jaring insang lingkar yang ditujukan untuk menangkap ikan bawal putih (pampus argetus) karena desain dan konstruksi alat tangkap ini disesuaikan dengan bentuk tubuh atau morfologi ikan bawal.
Desa Pangkahkulon merupakan kawasan pantai yang cukup strategis untuk memulai usaha perikanan tangkap. Menurut data Dinas Kelautan dan Perikanan tahun 2015 menyatakan bahwa ada sekitar 45 nelayan yang mengoperasikan jaring insang lingkar (encircling gill net) di daerah tersebut yang beroperasi setiap harinya. Jaring insang lingkar (encircling gill net) merupakan jaring yang dioperasikan dengan cara melingkarkan jaring. 
Ikan bawal putih (pampus argetus) merupakan ikan demersal. Ikan tersebut mempunyai mulut yang lebar, bentuk tubuh yang pipih serta warna putih keperakan dan mengkilat. Ikan Bawal  putih juga merupakan salah satu komoditi  ikan ekspor. Ikan bawal putih termasuk dalam kategori ikan yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi.
Populasi ikan bawal putih (pampus argetus) di Desa Pangkahkulon cukup mengkhawatirkan ketika ditangkap secara bersamaan oleh para nelayan dalam jumlah besar karena dapat mengancam populasi ikan bawal putih dan ketersedian kedepanya. Perlu diadakan pengetahuan akan konstruksi, metode, dan hasil tangkapan  mengenai encircling gill net dengan baik dan  benar supaya kegiatan penangkapan berkelanjutan. Maka dari itu perlu dilakukan penelitian Studi Alat Tangkap Jaring Insang Lingkar (Encircling Gill Net) di TPI Ujungpangkah, Kabupaten Gresik.

1.2.    Rumusan Masalah
Perikanan tangkap merupakan suatu usaha di bidang perikanan yang menitik beratkan pada sektor penangkapan ikan.  Salah satu alat tangkap yang digunakan oleh para nelayan-nelayan adalah jaring insang lingkar (encircling gill net). Penggunaan alat tangkap jaring insang lingkar (encircling gill net) tidak jarang lagi keberadaannya di TPI Ujungpangkah Kabupaten Gresik. Keefektifan dalam menangkap ikan yang bernilai ekonomis tinggi memang tidak diragukan. Agar didapatkan hasil yang optimal maka pengoperasian encircling gill net harus dilakukan dengan benar. Sehubungan dengan hal tersebut, praktek kerja lapangan ini dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai konstruksi, cara pengoperasian, dan mengetahui jenis hasil tangkapan alat tangkap encircling gill net di TPI Ujungpangkah Kabupaten Gresik.





1.3.    Tujuan Praktek Kerja Lapangan
Tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini adalah untuk mengetahui:
1.            Mengetahui konstruksi alat tangkap dan perahu jaring insang lingkar (encircling gill net) di TPI Ujungpangkah;
2.            Mengetahui cara pengoperasian alat tangkap jaring insang lingkar (encircling gill net) di TPI Ujungpangkah; dan
3.            Mengetahui jenis ikan hasil tangkapan alat tangkap jaring insang lingkar (encircling gill net) di TPI Ujungpangkah.

1.4.    Manfaat Praktek Kerja Lapangan
Manfaat yang diperoleh dari Praktek Kerja Lapangan adalah sebagai berikut:
1.             Mengetahui konstruksi, cara operasi, jumlah hasil tangkapan dan perahu pada alat tangkap jaring insang lingkar (encircling gill net);
2.             Menambah informasi dan pengetahuan tentang penangkapan dengan alat tangkap jaring insang lingkar (encircling gill net) di TPI Ujungpangkah Kabupaten Gresik .

1.5.    Waktu dan Tempat Praktek Kerja Lapangan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan pada tanggal 16-25 Maret 2016 yang bertempat di TPI Ujungpangkah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.


II.  TINJAUAN PUSTAKA

2.1.    Pengertian Alat Tangkap Encircling Gill Net
Menurut Sofyan et al. (2010),  alat tangkap jaring insang (gill net) adalah sebuah alat tangkap yang memiliki bentuk umum empat persegi panjang dengan bagian-bagian alat terdiri dari; jaring utama, tali ris atas, tali ris bawah, pelampung dan tali selambar. Gill net digunakan untuk menangkap jenis-jenis komoditi besar antara lain ikan salmon, tenggiri, sarden, kepiting, hiu, tuna, udang dan sebagainya. Jaring insang hanyut (drift gill net) pada dasarnya adalah sama dengan jaring insang (gill net), namun perbedaannya hanya terdapat pada cara pengoperasian alat didaerah penangkapan.
          Menurut Martasuganda (2004), bahwa jaring insang adalah salah satu dari jenis alat penangkap ikan dari bahan jaring monofilamen atau multifilamen yang dibentuk menadi empat persegi panjang, kemudian pada bagian atasnya dilengkapi dengan beberapa pemberat (singkers) sehingga dengan adanya dua gaya yang berlawanan memungkinkan jaring insang dapat dipasang di daerah penangkapan (permukaan, kolom perairan, atau di dasar perairan) dalam keadaan tegak menghadang ikan. Jumlah mata jaring ke arah horizontal atau ke arah Mesh length (ML) jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah mata jaring ke arah vertikal atau ke arah Mesh depth (MD).
          Gill net dapat dibedakan menjadi beberapa macam misalnya jaring insang tetap set gill net, jaring insang berpancang fixed gill net on states, jaring gondrong (trammel net) dan jaring kombinasi gill net dan trammel net. Set gill net menetap di dasar atau pada ketinggian tertentu di atasnya dengan menggunakan pemberat atau jangkar yang dapat mengimbangi daya apung  pelampung. Drift gill net berada pada permukaan air dengan bantuan oleh sejumlah pelampung, sehingga jaring ini hanyut bersama arus terpisah dari atau lebih sering bersama perahu yang memegang salah satunya ujungnya, sedangkan encircling gill net pada umumnya dipakai di perairan dangkal dengan tali pelampung di permukaan. Setelah itu di lingkarkan dengan jaring mereka dikejutkan dengan suara agar ikan–ikan berenang ke arah gill net dan terjerat atau terpuntal. Pada jaring insang berpancang di pakai terutama pada perairan pantai (Balai Pengembangan Penangkapan Ikan, 1996).
Menurut Zarochman (2015),  definisi atau pengertian yang membatasi gillnet sebagai salah satu metode atau cara penangkapan ikan (fishing methods) adalah suatu cara menangkap ikan dengan menggunakan alat tangkap sehingga ikan tertangkap secara terjerat (gilled) pada mata jaring (mesh net) dan/atau terpuntal (entangled) pada beberapa mata jaring (meshsize). Jenis jaring insang yang konstruksinya hanya terdiri dari satu lembar, ikan yang memasuki mata jaring biasanya hanya ikan yang mempunyai ukuran keliling belakang penutup insang (operculum girth) lebih kecil dari keliling mata jaring dan keliling tinggi maksimum (maksimum body girth). Gill net lingkar merupakan jaring insang yang dioperasikan dengan cara melingkarkan alat mengelilingi gerombolan ikan permukaan. Setelah terkumpul, ikan dikejutkan dengan membuat keributan di permukaan air sehingga ikan berenang berhamburan dan menabrak/tersangkut jaring. Cara melingkarkan jarring dilakukan dengan menebarkan jaring saat kapal membuat lingkaran.

2.2.    Konstruksi Encircling Gill Net
          Menurut Sadhori (1985),  bagian–bagian dari gill net adalah:
a.              Jaring utama atau webbing
          Jaring utama merupakan sebuah lembaran yang tergantung pada tali ris atas.
b.             Tali ris atas
          Tempat untuk menggantungkan jaring utama dan tali pelampung.
c.              Tali ris bawah
          Berfungsi untuk tempat melekatnya pemberat.
d.             Tali pelampung
Tali pelampung terentang panjangnya dari tempat pemasangan pelampung, kedudukan alat dipasang sampai permukaan laut.
e.              Pelampung
          Berfungsi untuk mengangkat tali ris atas dan menempatkan gill net di lapisan perairan yang dikehendaki.
f.              Pemberat
          Berfungsi untuk menenggelamkan alat atau bagian dari alat.
g.             Tali selambar
          Tali selambar terdiri dari tali selambar depan dan belakang. Tali selambar depan berfungsi untuk mengikatkan ujung gill net dengan pelampung tanda, tali selambar belakang selain untuk mengikatkan ujung gill net dengan pelampung tanda, kadang-kadang juga untuk mengikatkan gill net tersebut dengan kapal.
Kontruksi alat penangkap ikan jaring insang terutama terdiri dari beberapa komponen berupa tali ris atas, tali ris bawah atau tanpa tali ris bawah, tali pelampung, pelampung, badan jaring, pemberat, dan tali pemberat. Sedangkan komponen tambahan antara lain berupa pelampung tanda dan jangkar. Tali ris atas berfungsi sebagai tempat menggantungkan dan penguat badan jaring bagian atas, agar bagian atas jaring tidak mudah putus/rusak bagian atas, umumnya terbuat dari bahan Polyethylene (PE); tali ris bawah berfungsi untuk penguat badan jaring bagian bawah, umumnya terbuat dari bahan PE; tali pelampung berfungsi untuk memasang pelampung yang diikatkan pada tali ris atas, umumnya terbuat dari bahan PE; pelampung berfungsi untuk mengapungkan badan jaring (webbing) agar pada saat dioperasikan jaring tetap mengapung atau teregang ke arah permukaan perairan, selain itu pelampung juga berfungsi sebagai tanda keberadaan jaring, umumnya terbuat dari bahan Polyvinyl Chloride (PVC); badan jaring berfungsi untuk menjerat atau menangkap ikan, umumnya terbuat dari bahan Polyamide (PA) Monofilament; pemberat berfungsi untuk menenggelamkan badan jaring, agar pada saat dioperasikan jaring tersebut tetap tenggelam atau teregang ke arah dasar perairan, umumnya terbuat dari bahan timah, kuningan atau semen beton cetak; tali pemberat berfungsi untuk mengikat pemberat, umumnya terbuat dari bahan PE; pelampung tambahan berfungsi untuk tanda keberadaan jaring, umumnya terbuat dari bahan PVC, plastik; dan jangkar berfungsi untuk menetapkan jaring pada suatu lokasi tertentu agar tidak berpindah posisi dari tempat yang telah ditentukan (Efkipano, 2012).

2.3.    Cara Pengoperasian Encircling Gill Net
          Menurut Sudirman dan Achmar (2004), metode yang digunakan dalam pengoperasian gill net adalah sebagai berikut:
1.  Langkah awal yakni mencari daerah fishing ground dan menuju daerah fishing ground yang telah ditentukan;
2.  Setting atau penurunan jaring gill net yang dimulai dari penurunan pelampung tanda dan jangkar, selanjutnya dilakukan penerunan jaring yang direntangkan;
3.  Immersing atau rentan waktu tunggu kira-kira 2-3 jam; dan
4.  Hauling atau penarikan jaring dari laut, penataan jaring untuk mempermudah penggunaan jaring kembali dilakukan sekaligus pada saat hauling.
Menurut Zarochman (2015),  untuk mensiasati agar gill net lingkar lebih efisien sehingga pertimbangkan desain dan kontruksinya diupayakan dapat:
1) Melingkari secara horisontal, sehingga panjang jaring dan kecepatan melingkarnya harus dipertimbangkan secara baik,
2) Memagari secara vertikal dari permukaan laut hingga kedalaman tertentu,dimana ikan sulit keluar dari lingkaran jaring, sehingga lebar jaring dan kecepatan tenggelam tali pemberat harus cukup,
3)   Mengurung dengan menarik bagian bawah jaring melalui penarikan tali bantu.
      Jadi bagian bawah jaring harus berada sampai pada perairan yang lebih dalam

2.4.    Hasil Tangkapan Encircling Gill Net
          Menurut Sudirman dan Achmar (2004), jenis-jenis ikan yang umumnya tertangkap dengan gill net ini ialah jenis-jenis ikan yang berenang dekat permukaan laut (cakalang, jenis-jenis tuna, saury, frying fish, dan lain-lain), jenis-jenis ikan demersal/bottom (flat fish, katamba, sea bream dan lain-lain), juga jenis-jenis udang, lobster, kepiting dan lain-lain. Mempertimbangkan sifat-sifat ikan yang akan menjadi tujuan penangkapan, lalu menyesuaikannya dengan dalam/dangkal dari renang ruaya ikan-ikan tersebut, dilakukan penghadangan terhadap arah renang ikan-ikan tersebut. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengoperasian gill net adalah pemilihan bahan, warna jaring, mesh size, dan shortening. Bahan jaring sebaiknya dipilih yang menyerap air, contohnya PA atau PE, sedangkan membukanya mulut jaring didalam air yang mengalami perubahan yaitu yang disebabkan adanya gaya apung dan gaya berat yang saling berlawanan diperlukan. Biasanya untuk ikan yang tertangkap secara gilled hanging ratio berkisar antara 30%-40%, sedangkan untuk yang tertangkap secara entangled hanging ratio berkisar antara 35%-60%.
Gillnet cenderung menangkap ikan yang beragam (multispesies) sehingga banyak jenis ikan yang tertangkap dengan berbagai ukuran. Komposisi hasil tangkapan merupakan salah satu topik penelitian yang menarik. Data komposisi hasil tangkapan akan memberikan gambaran lebih jelas tentang jenis dan ukuran ikan yang diperoleh nelayan (Apriani et al., 2013).
Menurut Zarochman (2015), ikan hasil tangkapan dominan pada penangkapan gill net lingkar adalah ikan serinding. Ikan ini berenang mempunyai tingkah laku berenang dalam kelompok besar atau schooling besar. Untuk jenis lainnya berupa ikan layur, tembang dan lainnya didapat dalam jumlah yang sedikit.
2.5.    Daerah Penangkapan Alat Tangkap Encircling Net
Menurut Yusuf dalam Cristianawati et al, (2013), daerah penangkapan ikan merupakan suatu perairan dimana ikan yang menjadi sasaran penangkapan diharapkan dapat tertangkap secara maksimal, tetapi masih dalam batas kelestarian sumberdayanya. Agar suatu perairan memenuhi syarat sebagai daerah penangkapan ikan yang baik, maka:
1.            Daerah tersebut terdapat ikan yang melimpah sepanjang tahun;
2.            Alat tangkap yang dioperasikan dengan mudah dan sempurna;
3.            Lokasinya tidak jauh dari pelabuhan sehingga dapat dijangkau oleh kapal ikan;
4.            Daerah aman dari pelayaran dan pengaruh angin yang membahayakan; dan
5.            Meskipun beberapa spesies ikan selalu ada dan berkumpul disuatu perairan tertentu namun jika daerah tersebut sangat sukar dioperasikan oleh alat penangkapan ataupun jika usaha perikanan di daerah tersebut tidak dapat menutup ongkos–ongkos pengeluaran disebabkan sumber perikanannya hanya sedikit, maka daerah tersebut dapat dikatakan bukan perairan yang bagus untuk tujuan penangkapan.
Menurut Hakim (2011), dalam  usaha penangkapan ikan, mengenal daerah penangkapan merupakan hal yang mutlak. Mengoperasikan suatu alat tangkap di suatu daerah penangkapan tanpa mengetahui sifat dan keadaan perairannya akan merupakan suatu usaha yang sia-sia dengan resiko tidak mendapatkan ikan atau jaring akan tersangkut pada batu karang. Fishing ground dapat diartikan segala tempat dimana terdapat banyak ikan dan alat penangkapan yang dioperasikan.
Syarat - syarat adanya daerah penangkapan ikan yaitu :
1.            Ikan – ikan yang menjadi tujuan penangkapan terdapat dalam jumlah yang besar;
2.            Alat penangkapan ikan mudah dioperasikan; dan
3.            Ekonomis.
Gillnet lingkar ditujukan untuk menangkap gerombolan ikan yang bergerak sehingga untuk menentukan panjang jaring yang di jadikan pertimbangan adalah gerombolan ikan agar tidak lolos dari pelingkaran jaring. Daerah operasi penangkapan gillnet lingkar dengan target ikan pelagis kecil pada perairan pantai sehingga kebutuhan panjang jaring disesuaikan dengan ukuran gerombolan yang tidak lebar dengan perilaku pergerakan ikan yang tidak cepat. Perairan daerah operasi penangkapan gillnet lingkar ikan pelagis kecil merupakan perairan yang memiliki substrat lumpur (Zarochman, 2015).

2.6.    Pengertian Kapal Perikanan
Menurut Setiyanto (2007), kapal perikanan merupakan kapal yang digunakan dalam kegiatan perikanan. Untuk itu yang dimaksud dengan kapal perikanan, bukan hanya kapal penangkap ikan walaupun sebagian besar dari jumlah yang ada digunakan dalam kegiatan penangkapan ikan akan tetapi kapal kapal yang digunakan untuk penelitian, pengawasan, dan latihan dibidang perikanan dan bahkan kapal kapal yang berfungsi hanya sebagai pengumpul hasil perikanan (collecting), pengangkut hasil perikanan, meskipun dari hasil budidaya perikanan termasuk kapal perikanan.
Kapal perikanan merupakan sarana apung yang memiliki geladak utama dan bangunan atas atau rumah geladak serta memiliki peralatan atau perlengkapan bantu khusus, yang dipergunakan untuk menangkap ikan, menampung, (menyimpan dan mengawetkan) ikan, memuat dan mengangkut ikan atau hasil tangkapan (BBPPI, 2006).

2.7.    Pengertian Nelayan
Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budidaya. Mereka umumnya tinggal di pingir pantai sebuah lingkunga pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatanya (Imron, 2003).
Nelayan bukanlah suatu ensitas tunggal. Nelayan terdiri dari beberapa kelompok. Dilihat dari segi pemilikan alat tangkap nelayan dapat dibedakan menjadi 3 kelompok ; yaitu kelompok nelayan buruh, nelayan juragan, dan nelayan perorangan. Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja dengan alat tangkap yang dioperasikan oleh orang lain. Adapun nelayan perorangan adalah nelayan yang memiliki peralatan tangkap sendiri, dan dalam pelaksanaanya idak melibatkan orang lain. Nelayan adalah orang yang secara aktif  melakukan kegiatan menangkap ikan,  baik secara langsung (seperti penebar dan pemakai jaring) maupun secara tidak langsung (seperti juru mudi perahu layar, nahkoda kapal ikan bermotor, ahli mesin kapal, juru masak kapal penangkap ikan), sebagai mata pencaharian (Mulyadi, 2005).

2.8.    Pengertian Tempat Pelelangan Ikan
Tempat pelelangan ikan merupakan tempat pembongkaran hasil tangkapan yang diperoleh untuk selanjutnya mengalami proses sortasi, pencucian, penimbangan, penjualan, dan pengepakan. Setelah itu produk akan didistribusikan keluar daerah, sebagian untuk konsumsi lokal dalam bentuk ikan segar, sebagian untuk processing, ekspor maupun disalurkan ke tempat pembekuan untuk selanjutnya diawetkan (Pramitasari dkk, 2005).
Penyelengaraan ikan pada pelabuhan perikanan memiliki sasaran untuk:
-          Meningkatkan pendapatan nelayan
-          Meningkatkan eksistensi pelelangan ikan
-          Meningkatkan kelayakan TPI
-          Meningkatkan fungsi TPI
-          Meningkatkan aplikasi aturan pelelangan ikan
Fungsi gedung pelelangan pada umumnya terdiri dari operasi dasar sebagai berikut:
1.      Sortasi, pencucian dan penimbangan hasil tangkapan yang di daratkan dan akan di persiapkan untuk di lelang
2.      Peragaan dan pelaksanaan penjualan
3.      Pengepakan dan pengiriman ikan setelah selesai di lelang
Gedung pelelangan harus di tempatkan berhadapan dengan dermaga untuk mengamankan aliran ikan secara mudah mengingat ikan mempunyai sifat mudah busuk (Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 2002).
Klasifikasi TPI menurut Direktorat Jenderal Perikanan (1990) adalah:
a.       Klasifikasi A, yaitu TPI yang berjalan cukup baik dengan ketentuan:
-        Ikan dijual dengan sistem lelang
-        Pembayaran secara tunai
-       Dikelola oleh KUD Mina dengan administrasi yang sudah dilaksanakan dengan baik
b.      Klasifikasi B, yaitu TPI yang berjalan sedangdengan ketentuan:
-        Ikan dijual dengan sistem lelang
-        Pembayaan belum tunai
-       Keteriban di dalam bidang administrasi telah dilaksanakan dengan baik
c.       Klasifikasi C, yaitu TPI yang kurang baik dengan ketentuan:
-        Ikan hanya di timbang dan tidak di lelang
-       Pembayaran tidak secara tunai
-       administrasi belum di laksanakan sesuai petunjuk


III  . MATERI DAN METODE

3.1.       Materi
Materi yang terdiri dari alat dan bahan yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan ini tersaji dalam tabel 1.
Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan
No
Alat
Ketelitian
Kegunaan
1.
Alat tulis
-
Untuk mencatat data yang dibutuhkan
2.
Penggaris
1 mm
Untuk mengukur ukuran alat tangkap
3.
Jangka sorong
0,01 mm
Untuk mengukur mesh size jaring dan diameter tali pada alat tangkap
4.
Meteran jahit
1 mm
Untuk mengukur panjang dan lebar tubuh ikan
5.
GPS

-
Untuk menentukan posisi daerah penangkapan
6.
Stopwatch
0,1 detik
Untuk menghitung waktu
7.
Timbangan
1 gram
Untuk mengukur berat ikan hasil tangkapan
8.
Kamera digital
-
Untuk dokumentasi
9.
Perahu
-
Untuk transportasi di laut
10.
Gill net lingkar
-
Untuk alat menangkap ikan, sebagai objek penelitian mengetahui konstruksi, metode, dan hasil tangkapan
Sumber: Praktek Kerja Lapangan 2016

3.2.       Metode
3.2.1. Metode Praktek Kerja Lapangan
Metode yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan ini adalah metode deskriptif. Dalam metode cara pengambilannya berasal dari survey dan observasi langsung di lapangan serta mengumpulkan data, yang diteliti adalah alat tangkap jaring insang lingkar, meliputi konstruksi-konstruksi dari jaring insang lingkar kemudian perahu yang digunakan oleh nelayan jaring insang lingkar, daerah penangkapan ikannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta dan sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
3.2.2. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada Praktek Kerja Lapangan ini adalah :
1.            Metode Observasi Langsung
Observasi langsung adalah pengamatan secara langsung untuk mengambil data dengan menggunakan mata tanpa adanya pertolongan standar lain. Data yang diperoleh bersifat primer, dengan cara melakukan percatatan dan pengamatan langsung tentang materi yang dipelajari. Metode observasi dilakukan untuk mendapatkan data konstruksi encircling gill net.
Pada Praktek Kerja Lapangan ini akan dilakukan pengamatan terhadap konstruksi alat tangkap jaring insang lingkar di desa Ujungpangkah Kabupaten Gresik. Parameter yang diamati meliputi:
-          Mesh size jaring pada jaring insang lingkar
-          Bahan jaring pada jaring insang lingkar
-          Panjang tali ris pada jaring insang lingkar
Kemudian cara pengoperasian alat tangkap jaring insang lingkar dengan parameter yang meliputi : lama setting dan lama hauling. Selain itu juga dilakukan pengamatan pada komposisi hasil tangkapan per trip dari alat tangkap jaring insang lingkar dengan parameter yang meliputi jumlah hasil tangkapan dari jaring insang lingkar.
2.            Metode Wawancara
Wawancara dilakukan kepada nelayan dari alat tangkap jaring insang lingkar di TPI  Ujungpangkah Kabupaten Gresik. Responden diwawancarai tentang identitas nelayan di TPI Ujungpangkah Kabupaten Gresik. Untuk mendapatkan data wawancara ditujukan kepada 4 nelayan sebagai responden. 
3.            Metode dokumentasi
Metode dokumentasi dilakukan dengan mengambil foto obyek secara langsung yang meliputi foto perahu nelayan encircling gill net, alat tangkap encircling gill net, hasil tangkapan yang tertangkap dengan alat tangkap jaring insang lingkar (encircling gill net), dan proses pengoperasian alat tangkap jaring insang lingkar (encircling gill net) di TPI Ujungpangkah Kabupaten Gresik yang diperoleh dengan menggunakan kamera digital.
3.2.3.   Data Primer dan Data Sekunder
    Data yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan ini berasal dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang didapatkan secara langsung dari obyek penelitian yaitu dengan observasi atau pengamatan secara langsung, wawancara dengan nelayan jaring insang lingkar (encircling gill net)  serta ketua TPI Ujungpangkah dan dokumentasi. Sedangkan data sekunder digunakan sebagai pelengkap data primer. Data tersebut sebagai berikut :
1. Data primer, yang terdiri dari :
a. Konstruksi alat tangkap jaring insang lingkar (encircling gill net),
b. Cara pengoperasian alat jaring insang lingkar (encircling gill net),
c.  Jumlah hasil tangkapan ikan per trip dari hasil tangkapan jaring insang lingkar (encircling gill net)  selama 3 trip (3 hari ) penangkapan,
d. Jenis ikan hasil tangkapan jaring insang lingkar (encircling gill net)  selama 3 trip (3 hari) penangkapan,
e. Daerah penangkapan ikan alat tangkap jaring insang lingkar (encircling gill net), dan
f. Jumlah hasil tangkapan jaring insang lingkar (encircling gill net) selama 3 trip (3 hari) penangkapan.
2.  Data sekunder, terdiri dari :
a.  Kondisi umum lokasi praktek kerja lapangan
b. Jumlah produksi dan nilai produksi hasil tangkapan tahun 2015 di TPI Ujungpangkah,
c. Kondisi  TPI Ujungpangkah, dan
d. Peta lokasi Perairan Ujungpangkah Kabupaten Gresik.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.       Keadaan Umum Lokasi Praktek Kerja Lapangan
4.1.1. Keadaan geografis
 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Gresik memiliki karakteristik daerah yang cukup baik dan menjanjikan untuk dikembangkan dalam berbagai sektor pembangunan, juga merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di jalur utama Pantai Utara Pulau Jawa atau yang lebih dikenal sebagai daerah Pantura. Letak Kabupaten Gresik yang sedikit banyak memberikan pengaruh bagi perkembangan pembangunan wilayah Kabupaten Gresik.
Kabupaten Gresik merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang terletak di bagian Utara. Kabupaten Gresik ini terletak pada koordinat 1120 - 1130 Bujur Timur (BT) dan 70 - 80 Lintang Selatan (LS). Wilayahnya merupakan dataran rendah dengan ketinggian 2 – 12 meter di atas permukaan air laut kecuali Kecamatan Ujungpangkah yang mempunyai ketinggian 25 meter di atas permukaan air laut. Kabupaten Gresik juga mencakup Pulau Bawean, yang berada 150 km lepas pantai Laut Jawa. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah Timur berbatasan dengan Kota Surabaya dan Selat Madura, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lamongan, dan sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sidoarjo dan Mojokerto. Kabupaten Gresik memiliki luas wilayah 1.191,25 km2 yang terbagi dalam 18 kecamatan, 26 kelurahan, dan 330 desa. Jenis tanah di wilayah Kabupaten Gresik sebagian besar merupakan tanah kapur yang relatif tandus  (DKP Kabupaten Gresik, 2015).
Perairan Ujung Pangkah terletak di Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur. Perairan yang merupakan tempat bermuaranya Sungai Bengawan Solo ini diduga merupakan perairan yang produktif dengan keanekaragaman sumber daya hayati ikan yang cukup tinggi. Kecamatan Ujungpangkah memiliki wilayah seluas 94,82 Km2 dengan jumlah penduduk yaitu laki-laki 25.636 jiwa, dan perempuan 25.430 jiwa dengan total keseluruhan adalah 51.066 jiwa, terdiri dari 13 Desa diantaranya Desa Sekapuk, Bolo, Gisik, Tenjangawan, Ketapanglor, Karangrejo, Kebonagung, Gosari, Cangaan, Ngemboh, Bayuurip, Pangkahkulon, dan Pangkahwetan. Sebagian besar wilayah Kecamatan Ujungpangkah merupakan daerah pertanian dan dataran tinggi pegunungan kapur dengan iklim sedang yang berkisar antara 200C - 350C. Kecamatan Ujungpangkah terletak di wilayah Kabupaten Gresik bagian utara yang berjarak ± 53 km dari kota Gresik, adapun sebagian besar wilayah Kecamatan Ujungpangkah merupakan dataran tinggi dengan ketinggian antara 50 – 100 meter diatas permukaan laut (dpl). Wilayah Kecamatan Ujungpangkah dibagi menjadi dua bagian wilayah yaitu wilayah pesisir yang terletak di Ujungpangkah sebelah utara dengan sebagian wilayahnya berupa daerah pantai dan sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan, sedangkan untuk wilayah Ujungpangkah bagian selatan berupa dataran sedang dan tinggi yang sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani.
4.1.2. Kondisi TPI Ujungpangkah
 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Ujungpangkah merupakan tempat pendaratan berbagai jenis ikan. Letak TPI Ujungpangkah dapat di katakan setrategis karena letaknya berada tepat di samping jalan utama Desa Pangkahkulon, selain itu juga berada dekat dengan perairan Ujungpangkah dan di tengah perumahan warga Desa Pangkahkulon. Letak koordinat TPI Ujungpangkah Kabupaten Gresik yaitu 6°54'43"S   112°32'52" E.
Perairan Kabupaten Gresik merupakan salah satu wilayah penyebaran ikan demersal dan pelagis yang cukup potensial di perairan utara Jawa Timur. Upaya pemanfaatan yang terus meningkat akan mengancam kelestarian sumberdaya, jika tidak diupayakan langkah pengendalian. TPI Ujungpangkah terletak di Desa Pangkahkulon yang merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik. Luas wilayah Kecamatan Ujungpangkah sekitar 9.483,230 Ha dan dibatasi oleh:
Sebelah Utara           : Laut Jawa
Sebelah Timur           : Kecamatan Sidayu
Sebelah Selatan         : Kecamatan Sidayu
Sebelah Barat            : Kecamatan Ujungpangkah
Nelayan Kecamatan Ujungpangkah menggunakan beberapa jenis alat tangkap yang berbeda. Setiap desa memiliki jumlah alat tangkap yang berbeda. Jumlah alat tangkap di Kecamatan Ujungpangkah tersaji pada tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Alat Tangkap di Kecamatan Ujungpangkah
No.
Alat tangkap
Nama Desa
Jumlah
Pangkahkulon
Pangkahwetan
Banyu
urip
Ngemboh
1
Payang
58
-
16
-
74
2
Bagan
-
-
9
-
9
3
Gill net
272
299
40
185
796
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Gresik, 2015

Lanjutan Tabel 2. Jumlah Alat Tangkap di Kecamatan Ujungpangkah
No.
Alat tangkap
Nama Desa
Jumlah
Pangkahkulon
Pangkahwetan
Banyu
urip
Ngemboh
4
Trammel net
-
80
-
-
80
5
Bubu
854
1060
669
723
3306
6
Pancing
-
3
9
-
12
7
Garit
-
-
1238

1238

Jumlah
1184
1442
1981
908
5515
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Gresik, 2015
          Berdasarkan  tabel diatas dapat disimpulkan bahwa alat tangkap gill net  di TPI Ujungpangkah Desa Pangkah kulon sebanyak 272 unit  dimana menurut data statistik Dinas Kelautan dan Perikanan 2015 dilaporkan 105 merupakan gill net kakap, 45 gill net lingkar (bawal putih), 62          merupakan  gill net  permukaan, dan sisanya yaitu 60 unit menggunakan gill  net kiting. Gill net lingkar merupakan alat tangkap yang paling sedikit digunakan hal ini dikarenakan tidak semua nelayan TPI Ujungpangkah mengetahui cara metode melingkarkan jaring dengan baik dan benar sehingga lebih memilih jaring gill net yang lebih mudah digunakan dengan hanya memasang secara horizontal tanpa harus melingkarkan. Akan tetapi berdasarkan data statistik TPI Ujungpangkah semakin tahun pengguna jaring insang lingkar semakin meningkat, diduga hal ini dikarenakan nelayan tertarik dan baru mengetahui peluang hasil tangkapan dari alat tangkap encircling gill net  cukup mumpuni yaitu ikan bawal putih yang mana termasuk ikan laut berekonomis tinggi. Selain itu nelayan menyadari semakin meningkatnya persaingan hasil tangkapan sehingga mendorong nelayan untuk beralih.
          Berdasarkan tabel di atas alat tangkap yang terdapat di TPI Ujungpangkah tersaji dalam grafik berikut:
Gambar 1. Grafik Jumlah Alat Tangkap di TPI Ujungpangkah
          Bubu merupakan alat tangkap yang mendominasi di TPI Ujungpangkah. Alat tangkap payang yang terdapat di TPI Ujungpangkah pada tahun 2015 berjumlah 58 unit. Berdasarkan Praktek Kerja Lapangan tahun 2016 terdapat jaring insang dengan jumlah sebanyak 272 unit. Nelayan di TPI Ujungpangkah umunya menggunakan alat tangkap bubu, dikarenakan modal yang digunakan relative murah. Sedangkan alat tangkap payang di TPI Ujungpangkah menjadi minoritas masyarakat Desa Pangkahkulon, hal ini dikarenakan adanya alat tangkap tersebut cenderung tidak ramah lingkungan. Selain itu pengoperasian payang merupakan salah satu alat tangkap yang terlarang.
Jumlah produksi dan nilai produksi hasil tangkapan yang diperoleh nelayan-nelayan di TPI Ujungpangkah tersaji pada tabel 3.
Tabel 3. Tabel Produksi dan Nilai Produksi Hasil Tangkapan di TPI  Ujungpangkah tahun  2015
No.
Bulan
          Produksi (kg)
Nilai Produksi (Rp.)
1.
Januari
2.218
13.272.000
2.
Februari
1.408
    6.909.000
Sumber: KUD Raharja Jaya Kabupaten Gresik, 2016
Lanjutan Tabel 3. Tabel Produksi dan Nilai Produksi Hasil Tangkapan di TPI  Ujungpangkah Tahun  2015
No.
Bulan
          Produksi (kg)
Nilai Produksi (Rp.)
3.
Maret
33.155
252.067.000
4.
April
21.127
278.942.000
5.
Mei
13.183
242.361.000
6.
Juni
20.976
415.687.000
7.
Juli
31.458
417.465.000
8.
Agustus
12.765
  52.335.000
9.
September
8.815
113.517.000
10.
Oktober
2.358
14.009.000
11.
November
-
-
12.
Desember
965
5.798.000
Sumber: KUD Raharja Jaya Kabupaten Gresik, 2016
Berdasarkan tabel diatas tersaji hasil produksi tiap bulan pada grafik berikut:
Gambar 2. Grafik produksi ikan TPI Ujungpangkah tahun 2015
Berdasarkan grafik diatas perlu diketahui bahwa jumlah produksi hasil tangkapan di TPI Ujungpangkah tidak stabil. Jumlah produksi hasil tangkapan tertinggi terjadi pada bulan maret yaitu sebesar 33.155 kg, hasil tangkapan tertinggi kedua terjadi pada bulan juli yaitu sebesar 31.458 kg, sedangkan hasil tangkapan terendah atau bahkan tidak ada data yang tercantum sama sekali yaitu pada bulan november. Ini dikarenakan tidak semua nelayan menjual hasil tangkapannya ke TPI Ujungpangkah, melainkan ke bakul-bakul yang ada di Desa Ujungpangkah.   
Sedangkan perubahan nilai produksi ikan tiap bulan tersaji pada tabel berikut:
Gambar 3. Grafik Nilai Produksi Ikan TPI Ujungpangkah Tahun 2015
Jumlah produksi ikan pada bulan Maret ke bulan April mengalami penurunan sebesar 11.481 kg. Akan tetapi pada nilai produksi bulan April mengalami peningkatan dari bulan Maret sebesar Rp. 26.875.000,-. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh harga ikan yang meningkat akibat kelangkaan ikan. Kondisi tersebut juga terjadi pada bulan Agustus ke bulan September.
            Produksi ikan dari bulan Juni ke bulan Juli mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu 10.482 kg. Peningkatan jumlah produksi tersebut juga berpengaruh terhadap peningkatan nilai produksi pada bulan Juli, nilai produksi ikan hanya meningkat sebesar Rp. 1.778.000,-. Hal ini dapat terjadi akibat melimpahnya hasil tangkapan yang kemudian menjadikan harga ikan menjadi turun. Kondisi ini berbanding terbalik dengan bulan April yang peningkatan nilai produksinya sangat besar, sedangkan produksinya menurun.
          Hasil tabel produksi di atas, hasil tangkapan alat tangkap encircling gill net  di TPI Ujungpangkah pada bulan November jumlah produksi ikan adalah nihil atau tidak ada, dikarenakan oleh beberapa faktor. Dilihat dari jumlah produksi bulan Juli hingga Oktober selalu mengalami penurunan yang signifikan tiap bulannya. Sedangkan jumlah produksi pada bulan Oktober sebesar 2.358 kg. Bulan November diduga mengalami musim paceklik sehingga tidak ada ikan yang dilelang di TPI. Kelangkaan ikan pada bulan November dapat menjadikan hasil tangkapan menurun atau nihil. Hasil produksi tersebut sangat berpengaruh pada hasil tangkapan yang diperoleh nelayan. Hasil tangkapan nelayan yang sedikit, biasanya dijual ke bakul atau dibawa pulang untuk dimasak sendiri. Meningkat atau menurunnya hasil tangkapan akan berpengaruh pada kesejahteraan nelayan. Karena hal tersebut berkaitan dengan input-output. Produksi hasil tangkapan merupakan output  dari faktor produksi. Sehingga perlu diketahui  faktor yang mempengaruhi produksi agar dapat dilakukan keefektifan terhadap input. Hal ini diperkuat oleh  Aji et al. (2013), kegiatan produksi merupakan proses perubahan input menjadi output. Kegiatan produksi pada unit penangkapan ikan merupakan suatu proses pengubahan inputoutput yang berupa faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output berupa produksi hasil tangkapan. Faktor-faktor produksi yang dapat mempengaruhi hasil tangkapan perlu diketahui agar dapat dilakukan efisiensi dan efektivitas terhadap faktor input guna menghasilkan output optimal. Dengan demikian pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan produksi hasil tangkapan yang diperoleh sehingga kesejahteraan nelayan juga meningkat.
4.2.      Pengertian dan Konstruksi Jaring Insang Lingkar (encircling gill net)
4.2.1. Pengertian jaring insang lingkar (encircling gill net)
Jaring insang lingkar (encircling gill net) adalah jaring insang yang di operasikan dengan cara melingkar. Dilihat dari bentuknya Jaring Insang Lingkar (encircling gill net) merupakan jaring insang satu lembar yang dioperasikan dengan metode melingkar. Jenis jaring insang yang konstruksinya hanya terdiri dari satu lembar, ikan yang memasuki mata jaring biasanya hanya ikan yangmempunyai ukuran keliling belakang penutup insang (operculum girth) lebih kecil dari keliling mata jaring dan keliling tinggi maksimum (maksimum bodygirth).
Menurut Zarochman (2010), definisi atau pengertian yang membatasi gillnet sebagai salah satu metode atau cara penangkapan ikan (fishing methods) adalah suatu cara menangkap ikan dengan menggunakan alat tangkap sehingga ikan tertangkap secara terjerat (gilled) pada mata jaring (mesh net) dan/atau terpuntal (entangled) pada beberapa mata jaring (meshsize). gillnet lingkar tidak tergolong jaring lingkar (surrounding net). Fungsi dinding atau lembaran jaring pada setiap bagian pada jaring lingkar seperti pada purse seine dan payang lingkar tanpa tali kerut hanya sebagai dinding penghadang atau penggiring/pengarah (leader) agar sasaran ikan masuk pada bagian kantong atau “bunt”. Adapun gillnet lingkar yang pengoperasiannya mengelilingi atau mengurung ikan yang menjadi sasaran tangkap sedemikian rupa sehingga ikan diarahkan agar menabrak dinding atau lembaran jaring yang tegak secara vertical sehingga ikan terjerat dan/atau terpuntal pada mata jaring atau kumpulan beberapa mata jaring.

4.2.2.  Konstruksi jaring insang lingkar (encircling gill net)
Konstruksi jaring lingkar pada Praktikum Kerja Lapangan  sebagai berikut:
Tabel 4. Hasil Pengukuran Alat Tangkap Jaring Insang Lingkar (encircling gill net)
Bagian yang diukur
Arah pilinan
Pan
jang
(m)
Diameter
(cm)
Jenis bahan
Jumlah
(buah)
Jumlah mata
Mesh size (inchi)
Vertikal
Horizontal
Pelampung  besar
-
0,094
3,5
PVC
8
-
-
-
Pelampung kecil
-
0,039
1,5
PVC
60
-
-
-
Tali pelampung
Z
30
0,6
PE
-
-
-
-
Tali ris atas
Z
30
0,5
PE
-
-
-
-
Serampat atas
-
2,5
-
PE
-
35
40
4,5
Serampat bawah
-
8
-
PE
-
56
112
4,5
Tali ris bawah
Z
30
0,5
PE
-
-
-
-
Tubuh Jaring
-
30
-
PA
-
140
580
5
Tali pemberat
Z
30
0,8
PE
-
-
-
-
Pemberat
-
0,02
1,2
Timah
325
-
-
-
Jarak antar pelampung besar
-
3,7
-
-
-
-
-
-
Jarak antar pelampung kecil
-
0,5
-
-
-
-
-
-
Jarak antar pemberat
-
3,7
-
-
-
-
-
-
Sumber: Praktek Kerja Lapangan 2016
Pelampung Tanda
-
10
-
styrofoam
2
-
-
-
a.              Badan jaring (webbing)
         Jaring Insang Lingkar (encircling gill net) yang di operasikan oleh nelayan terdiri dari 1 lapis jaring, terbuat dari nylon multifilament berwarna putih. Ukuran Mesh size yang dipakai yaitu 5 inci atau 12,3 cm. Bukaan mata jaring pada jaring lingkar dirancang lebih kecil dibandingkan body atau ukuran lingkar tubuh ikan sasaran, sedangkan ukuran atau bukaan mata jaring gillnet lingkar dibuat minimal sama atau dapat sedikit lebih besar melalui pengaturan nilai gantung jaring (net hanging ratio).
Menurut Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (2011), konstruksi gill net relatif sederhana, terdiri dari lembar jaring yang disebut webbing. Satu lembar gill net biasanya disebut dengan satu pis. Ketika dioperasikan untuk menangkap ikan, jumlah ris gill net yang digunakan sangat bervariasi antara satu kapal dengan kapal yang lain. Gill net relatif mudah untuk membuatnya dan pada umumnya para nelayan, terutama nelayan dengan usaha skala kecil, sering membuat sendiri alat penangkap ikan gill net yang akan digunakannya. Gill net adalah berbentuk empat persegi panjang. Masing sisinya dibatasi oleh empat buah tali ris.
Jumlah mata jaring horizontal    : 580
Jumlah mata jaring vertical      : 140     
b.             Pelampung 
Pelampung pada alat tangkap encircling gill net berfungsi untuk memberi gaya apung pada jaring sehingga jaring dapat teregang sempurna. Pelampung ini diikatkan pada tali ris atas dengan tali pelampung. Pelampung pada encircling gill net di TPI Ujungpangkah terbuat dari bahan PVC. Ukuran pelampung terdiri atas pelampung besar dan pelampung kecil:
·      Pelampung besar
-        Bahan                             : PVC
-       Panjang                           : 9,4 cm
-       Diameter                         : 3,5 cm
-       Jumlah                            : 8 buah
-          Jarak pemasangan          : 3,7 m
-          Warna                             : Putih
·      Pelampung kecil
-        Bahan                            : PVC
-        Panjang                          : 3,9 cm
-        Diameter                       : 1,5 cm
-            Jumlah                         : 60 buah
-            Jarak pemasangan       :  50 cm
-            Warna                         : Putih
Selain itu juga terdapat pelampung tanda. Pelampung tanda adalah pelampung tambahan yang berada di permukaan perairan sebagai tanda tempat encircling gill net dioperasikan. Pelampung tanda terbuat dari jerigen plastik yang diberi tiang bendera sehingga tetap terlihat meskipun jaraknya dengan kapal cukup jauh. Biasanya pelampung tanda ini bentuknya seperti bendera.
c.              Pemberat           
Pemberat pada encircling gill net berfungsi untuk menenggelamkan bagian bawah jaring dan bisa untuk menenggelamkan seluruh bagian tubuh jaring sampai dasar perairan. Pemberat ini memberikan gaya ke bawah terhadap jaring sehingga jaring bisa tegak dan teregang sempurna pada saat dioperasikan. Pemberat terdapat pada tali ris bawah, pemberat yang digunakan pada encircling gillnet yaitu pemberat timah. Ukuran pemberat  pada emcircling gill net adalah sebagai berikut:
-          Pemberat timah:
-                     Panjang                       : 2 cm
-                     Diameter                     : 1,2 cm
-                     Jumlah                         : 325 buah
-                     Warna                          : abu abu
-                     Jarak                            : 13 cm
a.    Pemberat tambahan :
Pemberat tambahan berfungsi agar kedudukan jaring tetap stabil dan tidak terangkat dari dasar perairan. Pemberat tambahan yang digunakan dapat terbuat dari batu kali atau semen. Pemberat tambahan biasanya terbuat dari batu kali atau semen. Pemberat tambahan pada jaring insang lingkar ini adalah dari batu dengan berat 1 kg.
d.             Tali-temali
Ada beberapa tali-temali yang terpasang pada Jaring Insang Lingkar (encircling gill net). Bahan dan ukuran yang digunakan adalah sebagai berikut:
1.      Tali ris atas
Tali ris atas terbuat dari bahan PE (Polyethylene) dengan panjang 30 m dan diameter 0,5 cm dengan bentuk pilinan Z.



2.      Tali pelampung
Tali pelampung pada encircling gill net  terbuat dari bahan PE (Polyethylene) dengan panjang 30 m dan diameter 0,6 cm dengan bentuk pilinan Z. Tali ini berfungsi untuk mengikatkan pelampung.
3.      Tali serampat (Selvadge)
Tali serampat berfungsi untuk memperkuat kedudukan jaring pada penggantungnya, terdapat pada bagian pinggir jaring sebelah atas dan bawah. Tali serampat tersebut berupa mata jaring yang dibuat dengan benang rangkap sehingga lebih kuat. Tali serampat tersebut mempunyai mata jaring berukuran 4,5 cm berasal dari bahan PA.
4.      Tali ris bawah
Tali ris bawah berfungsi sebagai pengikat bagian bawah jaring. Tali ris bawah pada encircling gill net terbuat dari bahan PE dengan panjang 30 m dan diameter 0,8 cm.
5.      Tali pemberat
Tali pemberat terbuat dari bahan PE dengan panjang 30 m dan diameter 0,8 cm. Tali pemberat ini berfungsi untuk mengikatkan pemberat dengan tali ris bawah.
6.      Tali selambar 
Tali selambar berfungsi untuk menghubungkan jaring dengan perahu  disebut tali selambar belakang dan menghubungkan jaring dengan pelampung tanda yang disebut tali selambar depan. Tali selambar pada jaring insang lingkar ini panjangnya 15 meter dan terbuat dari bahan PE.
7.    Hanging Ratio
Hanging ratio adalah kemampuan jaring untuk berubah bentuk dan luasnya yang dipengaruhi oleh proses penggantungannya pada tali rangka. Besaran hanging ratio berpengaruh terhadap luas jaring ke samping. Hanging ratio merupakan perbandingan antara panjang jaring terangkai/terpasang dengan panjang jaring saat terentang sempurna (stretch). Semakin besar hanging ratio maka akan semakin luas pula luasan jaring ke samping. Luasan jaring mempengaruhi tingkat selektifitas alat tangkap. Jaring insang lingkar terdiri dari satu lapisan jaring.  Hasil dari pengukuran pada Praktek Kerja Lapangan diketahui bahwa panjang tali ris atas adalah 30 m, dengan mesh size 12,3 cm dan jumlah mata jaring horizontal adalah 580. Sehingga besarnya hanging ratio adalah:
                    Panjang tali ris atas
             E     = ─────────────────────
                         Mesh size x  jumlah mata horizontal

                     30
                    =   ─────────  = 0,42
                0,123 x 580      

4.3.      Sarana Pendukung Pengoperasian Jaring Insang Lingkar (encircling gill net)
4.3.1. Perahu penangkap ikan
Dalam pengoperasian Jaring Insang Lingkar (encircling gill net) mengunakan perahu sopek dengan mengunakan motor tempel, dengan dimensi perahu sebagai berikut:
Panjang perahu (LOA)              : 10 meter

Lebar perahu (B)                       : 3 meter
Tinggi perahu                             : 1 meter
Kekuatan mesin                         : 20 PK
Tonase                                       : 2,5 GT
Bahan Perahu                            : Kayu
Merk Mesin                               : Domfeng
Bahan bakar                               : solar
Nama perahu                             : Sindibad
Tahun Pembuatan                      : 2010
Nama pemilik perahu                 : Bapak Zuhri
Perahu jaring insang lingkar memiliki nama Sindibad yang dimiliki oleh Bapak Zuhri ini memiliki panjang 10 meter, lebar 3 meter, dan tinggi 1 meter. Mesin utama yang dimiliki perahu ini adalah Domfeng berkekuatan 20 PK. Perahu tersebut memilki volume 2,5 GT yang dibuat dari bahan kayu pada tahun 2010 di Lamongan.
4.3.2.  ABK kapal
 Jumlah tenaga kerja dari perahu pengoperasian encircling gill net ada 4 orang, yaitu Bapak Zuhri sebagai juragan dan ABK adalah salah satunya, anaknya sendiri bernama Aan dan kedua ABK lainnya. Sistem pembagian hasil yaitu 50% pemilik dan 50% ABK.
4.3.3. Tempat penampung hasil tangkapan
Pada umumnya nelayan mengunakan wadah sebagai tempat pengumpulan hasil tangkapan yang biasa disebut oleh nelayan setempat dengan nama termos dengan tinggi 50 cm dan diameter 25 cm, dan ember.
4.4.      Cara Operasi Jaring Insang Lingkar (encircling gill net)
4.4.1. Persiapan perbekalan
Sebelum melakukan operasi penangkapan, nelayan melakukan persiapan semua perbekalan dan peralatan sebagai berikut :
1.    Persiapan dan pengecekan mesin pengerak perahu, pengecekan alat tangkap serta pengisian bahan bakar.
2. Persiapan perbekalan (makanan dan minuman) saat di laut selama pengoperasian encircling gill net.
4.4.2. Prosedur pengoperasian Jaring Insang Lingkar (encircling gill net)
          Pengoperasian Jaring Insang Lingkar (encircling gill net) di Perairan Ujungpangkah nelayan berangkat ke fishing base pada pukul 04.00 WIB dan sampai di fishing ground pada pukul 06.30 WIB. Penentuan fishing ground dilakukan berdasarkan perkiraan dan mencari tempat yang belum ditempati oleh nelayan lain. Dalam menentukan fishing ground nelayan mengandalkan naluri dan pengalaman. Apabila sebelumnya nelayan melakukan penangkapan dan mendapatkan hasil yang melimpah, maka nelayan akan kembali ke daerah tersebut. Apabila daerah tersebut tidak menguntungkan maka nelayan tidak akan melakukan operasi penangkapan di daerah tersebut. Mereka kembali ke fishing base pada pukul 14.00 WIB. Setiap selesai melaut nelayan selalu membersihkan perahu dan mesin perahu mereka. Berdasarkan pengamatan pada saat praktek kerja lapangan, cara operasi encircling gill net  terdiri dari :
1.        Setting
Setting merupakan kegiatan penurunan atau pemasangan jaring setelah sampai di fishing ground. Dalam satu trip melaut nelayan bisa melakukan 1 sampai 6 kali setting. Hal ini tergantung musim tangkapan. Ketika sedang musim ikan bawal, maka nelayan bisa berulang kali menurunkan alat tangkap. Sebelum melakukan setting nelayan terlebih dahulu mencari tanda-tanda keberadan ikan dengan mengamati kondisi perairan, ketika telah ditemukan tanda-tanda adanya gerombolan ikan  jaring kemudian diturunkan sedikit demi sedikit sampai membentuk lingkaran. Setelah jaring membentuk lingkaran, kedua ujung tali ris atas diikat satu sama lain agar bentuk lingkaran jaring tetap utuh dan ikan yang berada ditengah lingkaran sulit untuk keluar. Setelah nelayan mengikat kedua ujung tali ris atas, kemudian kapal masuk ke tengah lingkaran jaring untuk mengusir dan membuat ikan terkejut agar ikan berenang ke arah jaring. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Sudirman dan Mallawa, 2004) bahwa Ikan setelah terkurung dalam lingkaran jaring dikejuti, sehingga ikan-ikan akan terjerat pada mata jaring.
Pembagian tugas nelayan pada saat setting yaitu dua orang menurunkan alat tangkap pada bagian atas dan satu lagi pada bagian bawah. Pada saat praktek kerja lapangan, setting dilakukan sebanyak 5 kali. Di hari pertama dilakukan dua kali setting (setting 1 dan 2) sedangkan di hari kedua hanya satu kali setting (setting 3) dan dihari  ketiga dilakukan dua kali setting (setting 4 dan 5).
2.        Hauling
Hauling adalah kegiatan pengangkatan jaring. Jaring diangkat sambil mengambil hasil tangkapan. Setelah melakukan penggiringan ikan selama 10 menit, kemudian dilakukan penarikan jaring. Proses hauling dimulai dengan melepas ikatan antara tali ris atas. Pelampung tanda dinaikkan ke atas perahu kemudian jaring mulai dinaikan. kemudian menarik jaring perlahan-lahan. Pada saat penarikan, (hauling) jaring diatur dengan baik agar memudahkan pengoprasian selanjutnya.
Proses penangkapan tidak hanya sampai satu kali, tapi biasanya dilakukan sebanyak 1-6 pengoperasian. Total waktu yang dibutuhkan selama proses penangkapan dalam sehari adalah sekitar 3-5  jam dengan hasil tangkapan (kg) 1,5-16 kg. Kegiatan ini dilakukan oleh empat orang, sehingga menghemat waktu. Pembagian tugas nelayan pada   saat penarikan yaitu dua orang menarik bagian atas jaring, dan dua lagi menarik bagian bawah jaring. Proses hauling ini juga digunakan untuk mengambil hasil tangkapan yang terjerat di badan jaring. Waktu yang dibutuhkan ketika melakukan setting, hauling  dan posisi GPS dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5. Posisi Fishing Ground Alat Tangkap Jaring Insang Lingkar (encircling gill net)
Stasiun
Posisi
Tahapan operasi
Waktu
(WIB)
Lama

LS
BT

050' 19"
112° 32' 27"
Fishing base
04.00
-
I
036' 16.5"
112° 37' 34.71"
Setting
07.00
15’

036' 17"
112° 37' 36"
Hauling
07.15
18’
II
038' 25.35"
112° 36' 58"
Setting
10.14
14’

038' 31"
112° 36' 25"
Hauling
10.28
16’31”
III
042' 58"
112° 45' 58"
Setting
07.15
16’

042' 24"
112° 45' 33"
Hauling
07.31
16’12”
IV
033' 32"
112° 59' 58"
Setting
  07.23
14’54’’

033' 16"
112° 59' 29"
Hauling
07.38
15’43”
V
034' 55"
112° 57' 21"
Setting
09.31
15’

050' 21"
112° 32' 24"
Hauling
09.46
17’
Sumber: Praktek Kerja Lapangan 2016
Berdasarkan Praktek Kerja Lapangan yang telah dilaksanakan sebelum menuju ke fishing ground pastilah ke fishing base terlebih dahulu. Dari fishing base menuju fishing ground memerlukan waktu sekitar 2,5 jam. Setelah sampai di fishing ground dilakukan proses penurunan jaring atau yang biasa disebut dengan proses setting. Setting yang pertama pada stasiun satu membutuhkan waktu selama 15 menit. Setting pertama dimulai pada jam 07.00 WIB, sekaligus melingkarkan jaring dengan mengurung ikan supaya ikan tidak lolos dengan cara dikejutkan supaya ikan berkumpul di tengah jaring. Selanjutnya dilakukan proses hauling atau penarikan jaring pada jam 07.15 WIB dan membutuhkan waktu selama  18 menit.
Setelah setting pertama selesai kemudian dilanjut dengan setting yang kedua pada stasiun dua. Setting kedua dimulai pada jam 10.14 WIB dan membutuhkan waktu selama 14 menit. Setelah jaring membentuk lingkaran secara sempurna. Nelayan mengejutkan ikan dengan cara memukul-mukul permukaan air supaya ikan terkejut sehingga akan terjerat jaring. Selanjutnya dilakukan proses hauling pada jam 10.28 WIB dan memerlukan waktu 16’31” menit. Proses hauling pada setting kedua lebih cepat bila dibandingkan setting pertama.
Hari berikutnya atau pada stasiun 3 proses setting hanya dilakukan satu kali. Hal ini dikarenakan cuaca yang buruk dan tidak ada tanda-tanda adanya ikan yang sedang schoaling (bergerombol) berdasarkan orang yang menyelam. Setting ketiga dilakukan pada pukul 07.15 WIB dan memerlukan waktu selama 16 menit. Selanjutnya adalah proses pengangkatan jaring yang dilakukan pada pukul 07.31 WIB dan memerlukan waktu selama 16’12” menit.
Hari selanjutnya dilakukan setting keempat pada stasiun empat. Setting keempat ini memerlukan waktu selama 14 menit 54 detik yang dimulai pada jam 07.23 WIB. Selanjutnya proses pengangkatan jaring pada jam 07.38 memerlukan waktu sekitar15’43” menit.
Dari stasiun  empat menuju ke stasiun lima memerlukan waktu sekitar 23 menit. Setting terakhir atau kelima dimulai pada jam 09.34 WIB dan memerlukan waktu selama 15 menit. Selanjutnya adalah proses pengangkatan jaring yang dilakukan pada pukul 09.46 WIB dan memerlukan waktu selama 17 menit.
4.4.3.      Daerah penangkapan ikan (fishing ground)
Daerah penangkapan yang di tuju berada di sepanjang Perairan Ujungpangkah Gresik dengan kedalaman 15 – 40 meter, dimana untuk sampai pada fishing ground ditempuh sekitar 2- 3jam  (3-4 mil). Penentuan daerah penangkapan ikan, ditentukan oleh pengalaman nelayan yang sehari-hari mencari ikan di laut atau bisa diketahui dengan menyelam terlebih dahulu ke perairan kemudian mendengarkan suara atau bunyi ikan yang akan ditangkap. Dalam menentukan daerah penangkapan, nelayan juga menggunakan naluri dan pengalamanya selama pengoperasian sebelumnya, nelayan belum mampu memiliki alat bantu modern seperti fish finder dan juga belum adanya sistem komunikasi yang modern, hal ini dapat terjadi karena nelayan sendiri belum mampu membeli alat seperti fish finder dikarenakan  harga yang mahal, serta modal nelayan juga belum cukup untuk membelinya.
4.4.4.  Jenis ikan hasil tangkapan Jaring Insang Lingkar (encircling gill net)
Hasil tangkapan pada saat Praktik Kerja Lapangan cukup sedikit, jaring yang digunakan adalah Jaring Insang Lingkar (encircling gill net) untuk menangkap ikan-ikan bernilai ekonomis dengan mesh size 12.3 cm, panjang Jaring Insang Lingkar (encircling gill net) 30 meter dan memiliki tinggi 15  meter. Hasil tangkapan jaring insang lingkar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor – faktor yang berpengaruh diantaranya adalah cuaca, keadaan oseanografi daerah penangkapan, lama waktu immersing. Jaring insang lingkar merupakan alat tangkap yang berfungsi untuk menangkap ikan bawal putih, namun terdapat ikan hasil tangkapan jaring insang lingkar ini berupa ikan Senangin (Eleutheronema tetradeactylum), ikan tembang dan lain-lain.
Berikut jenis ikan hasil tangkapan jaring insang lingkar dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Jenis Ikan Hasil Tangkapan Jaring Insang Lingkar (encircling gill net ) pada Stasiun 1
No.
Jenis Ikan
Berat (Kg)
Presentase (%)
1.
Bawal Putih (Pampus argentus)
3
37
2.
Senangin (Eleutheronema tetradeactylum)
1
13
3.
Tembang (Sardinella fembriata)
2
25
4.
Lain-lain
2
25

Total
8
100
Sumber: Praktek Kerja Lapangan 2016
          Berdasarkan tabel diatas komposisi hasil tangkapan pada stasiun 1 dapat disajikan dalam grafik berikut:





Gambar 4. Grafik Hasil Tangkapan Stasiun 1
Grafik diatas menunjukkan bahwa selama melaut hasil tangkapan dari alat tangkap Jaring Insang Lingkar (encircling gill net) yang paling banyak yaitu dengan Bawal Putih (Pampus argentus) presentase 37% kemudian ikan Senangin (Eleutheronema tetradeactylum) yang memiliki presentase 13%, kemudian ikan Tembang (Sardinella fembriata) yang memiliki presentase 25% dan ikan lainya seperti ikan petek, sotong dan cumi-cumi dengan presentase 25 %. Dapat dilihat jenis ikan hasil tangkapan yang paling dominan adalah Bawal Putih (Pampus argentus)  ini  dikarenakan memang alat tangkap jaring insang lingkar (encircling gill net) tujuannya adalah untuk menangkap Bawal putih. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan diantaranya tentu saja ada beberapa faktor meliputi daerah penangkapan. Berikut adalah tabel 7 pada stasiun 2.
Tabel 7. Jenis Ikan Hasil Tangkapan Jaring Insang Lingkar (encircling gill net ) pada Stasiun 2
No
Jenis ikan
Berat (kg)
Persentase (%)
1.
Bawal Putih (Pampus argentus)
2
50
2.
Senangin (Eleutheronema tetradeactylum)
2
50

Total
4
100
Sumber: Praktek Kerja Lapangan 2016
            Dari tabel yang ada pada stasiun 2 hasil tangkapan mengalami penurunan dibandingkan dengan staisun 1, hal ini juga yang menyebebkan perbedaan persentase perolehan hasil tangkapan.
Berdasarkan tabel diatas komposisi hasil tangkapan pada stasiun 2 dapat disajikan dalam grafik berikut:
Gambar 5. Grafik Hasil Tangkapan Stasiun 2

Dari grafik di atas bila dibandingkan dengan stasiun sebelumnya, total hasil tangkapan pada stasiun 2 mengalami penurunan. Penurunan hasil tangkapan pada stasiun ini terjadi perbedaan beberapa jenis ikan hasil tangkapan. Pada stasiun ini tidak didapatkan ikan tembang dan ikan lain-lain. Pada stasiun ini hasil tangkapan Bawal Putih tidak terpaut jauh dari stasiun 1 yaitu hanya berselisih 1 kg. Hasil tangkapan tidak ada yang mendominasi pada stasiun ini. Ini dikarenakan daerah penangkapan ikan tidaklah sama. Prosentase yang ikan bawal dan  sama yaitu 50 %.



Tabel 8. Jenis Ikan Hasil Tangkapan Jaring insang lingkar (encircling gill net) pada Stasiun 3
No
Jenis ikan
Berat (kg)
Persentase (%)
1.
Bawal Putih (Pampus argentus)
2
57%
2.
Senangin (Eleutheronema tetradeactylum)
1,5
43%

Total
3,5
100
Sumber: Praktek Kerja Lapangan 2016
Dari tabel yang ada pada stasiun 3 hasil tangkapan mengalami penurunan dibandingkan dengan stasiun 1 dan 2, hal ini dikarenakan pada saat itu cuaca buruk dan juga waktu dalam trip penangkapanya lebih cepat jika dibandingkan dengan hari sebelumnya, selain itu lokasi antara stasiun 2 dan stasiun 3 juga berbeda, hal ini juga yang menyebabkan perbedaan persentase perolehan hasil tangkapan.
Berdasarkan tabel diatas komposisi hasil tangkapan pada stasiun 3 dapat disajikan dalam grafik berikut:

Gambar 6. Grafik Hasil Tangkapan Stasiun 3

Dari grafik di atas bila dibandingkan dengan stasiun sebelumnya yaitu stasiun 1 dan 2, total hasil tangkapan pada stasiun 3 mengalami penurunan 0,5 kg dari stasiun 2. Hasil tangkapan pada stasiun 3 hanya mendapatkan 3,5 kg. Saat pengoperasian pada stasiun 3 ini, prosentase ikan bawal putih hanya 57%, sedangkan pada ikan senangin 43%.
Tabel 9. Jenis Ikan Hasil Tangkapan Jaring insang lingkar (encircling gill net) pada Stasiun 4
No
Jenis ikan
Berat (kg)
Persentase (%)
1.
Bawal Putih (Pampus argentus)
0,5
33
2.
Senangin (Eleutheronema tetradeactylum)
1
67

Total
1,5
100
Sumber: Praktek Kerja Lapangan 2016
Dari tabel yang ada pada stasiun 4 hasil tangkapan Bawal hanya mendapatkan 0,5 kg mengalami penurunan, hal ini dikarenakan pengoperasian bukan saat musim Bawal merupakan hasil tangkapan yang memiliki persentase paling sedikit. Hasil tangkapan yang paling mendominasi yaitu adalah Senangin (Eleutheronema tetradeactylum).
Berdasarkan tabel diatas komposisi hasil tangkapan pada stasiun 4 dapat disajikan dalam grafik berikut:

Gambar 7. Grafik Hasil Tangkapan Stasiun 4

Dari grafik di atas hasil tangkapan pada Jaring insang lingkar (encircling gill net)  yaitu  sebesar 1,5 kg.  Bawal putih memiliki prosentase yang paling sedikit yaitu sebesar 33% dan  hanya didapatkan 0,5 kg. Prosentase ikan Senangin (Eleutheronema tetradeactylum)  sebesar 67%.
Tabel 10. Jenis Ikan Hasil Tangkapan Jaring insang lingkar (encircling gill net) pada Staisiun 5
No
Jenis ikan
Berat (kg)
Persentase (%)
1.
Bawal Putih (Pampus argentus)
3
40
2.
Senangin (Eleutheronema tetradeactylum)
2
60

Total
5
100
Sumber: Praktek Kerja Lapangan 2016
Berdasarkan tabel diatas komposisi hasil tangkapan pada stasiun 5 dapat disajikan dalam grafik berikut:
.
Gambar 8. Grafik Hasil Tangkapan Stasiun 5

Dari tabel yang ada pada staisiun 5 hasil tangkapan mengalami peningkatan yaitu memiliki jumlah 5 kg. Prosentase Bawal  hanya 40% paling sedikit dibandingkan lainnya. Ikan Senangin (Eleutheronema tetradeactylum) memiliki persentase yang paling banyak yaitu 60%. Ikan Senangin (Eleutheronema tetradeactylum) biasanya tertangkap dengan alat tangkap jaring insang. Hal ini dikarenakan saat melaut tidak sedang musim panen bawal putih sehingga hasil tangkapan bawal lebih sedikit.
V.       KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.       Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah sebagai berikut:
1.      Konstruksi alat tangkap jaring insang lingkar (encircling gill net) yang berbeda jaring insang lingkar (encircling gill net) ini terletak pada ukuran mesh size-nya, dimana mesh size jaring insang lingkar (encircling gill net) ini cenderung lebih besar dari mesh size gill net pada umumnya yaitu 5 inchi. Mesh size tersebut digunakan karena disesuaikan dengan target utama tangkapan yaitu ikan bawal.
2.      Metode pengoperasian alat tangkap jaring insang lingkar (encircling gill net)  adalah setting dan hauling. Operasi penangkapan yang diawali dengan setting atau penurunan jaring, jaring kemudian diturunkan sedikit demi sedikit sampai membentuk lingkaran, dan yang terakhir adalah penarikan jaring (hauling).
3.      Hasil tangkapan utama jaring insang lingkar (encircling gill net ) ini adalah ikan bawal. Sedangkan sisanya merupakan hasil tangkapan sampingan yang terdiri dari ikan senangin, dan ikan tembang. Hasil tangkapan selama tiga hari tersebut dari hari pertama sampai hari ke tiga semakin menurun. Hal ini disebabkan pada bulan Maret, ikan bawal yang menjadi target tangkapan tidak musim sehingga produksi tangkapan menurun.


5.2.       Saran
Saran yang dapat disampaikan dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah sebagai berikut :
1.      Sebaiknya menggunakan alat bantu navigasi seperti GPS dan fish finder agar nelayan semakin mudah untuk melakukan pengoperasian penangkapan.
2.      Sebaiknya nelayan mempunyai alat tangkap lain yang juga ramah lingkungan misalnya bubu untuk dioperasikan sehingga ketika ikan bawal sedang tidak musim, ada alternatif lain untuk mengoperasikan alat tangkap cadangan sehingga pendapatan nelayan tidak menurun.
3.      Sebaiknya sebelum melakukan penangkapan harus mengetahui kondisi cuaca terlebih dahulu agar hasil tangkapan optimal.

DAFTAR PUSTAKA


Apriani, Ririn Irnawati, dan Adi Susanto. 2013. Komposisi Hasil Tangkapan Jaring Silir Yang Berbasis Di PPN Karangantu Kota Serang Provinsi Banten. Jurnal Ilmu Pertanian Dan Perikanan. 2 (2): 151-158.

Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan. 2006. Pengertian Dasar Besaran - Besaran Kapal. Dirjen Perikanan, Semarang.

BPPI. 1996. Klasifikasi Alat Penangkapan. BPPI. Semarang.

Cristianawati Olvi, Pramonowibowo, dan Agus Hartoko. 2013. Analisa Spasial Daerah Penangkapan Ikan dengan Alat Tangkap Jaring Insang (Gill Net) di Perairan Kota Semarang Provinsi Jawa Tengah. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology. 2( 2): 1-10.

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Gresik. 2015. Laporan Tahunan. Jawa Timur: DKP Kabupaten Gresik.

Direkorat Jenderal Perikanan. 1990. Pembinaan Operasi Sarana Pelabuhan Perikanan. Subdirektorat Bina Prasarana Perikanan. Jakarta.

Direktorat Jendral Perikanan Tangkap. 2002. Pedoman Pengelolaan Pelabuhan Perikanan. Departeman Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Efkipano, Toton Dedy. 2012. Analisis Ikan Hasil Tangkapan Jaring Insang Milenium dan Strategi Pengelolaannya di Perairan Kabupaten Cirebon. Tesis: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Magister Ilmu Kelautan Universitas Indonesia. Depok.

Hakim, Lukman Guam, Asriyanto, dan Aristi Dian Purnama Fitri. 2014. Analisis selektivitas Payang Ampera (Seine Net) Modifikasi dengan Window Permukaan Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Daun Bambu (Chorinemus sp.) di Perairan Kabupaten Kendal.

Imron, Masyuri. 2003. Kemiskinan dalam Masyarakat Nelayan. Jurnal Masyarakat dan Budaya 1 (2) : 10-11. Jakarta. PMB. LIPI.

Martasuganda, S. 2002. Jaring Insang (Gill Net). Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Martasuganda, S. 2004. Teknologi Untuk Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. Seri Alat Tangkap Ikan. Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan. Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. 157 hlm.
Mulyadi, S. 2005. Ekonomi Kelautan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 221 Hlm.

Pasaribu, Eva Mart, Sardiyatmo, dan Trisnani Dwi Hapsari. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Ikan Layang (Decapterus Russeli) Di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong Lamongan Jawa Timur. Jurnal of fisheries resource utilization management and technology. 3 (2): 94-102.

Pramitasari, Sulistyani Dyah, Sutrisno Anggoro dan Indah Susilowati. 2005. Analisis Efisiensi TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Kelas 1, 2 dan 3 Di Jawa Tengah dan Pengembangannya Untuk Peningkatan Kesejahteraan Nelayan. Jurnal Pasir Laut, 1 (2) : 21-21.

Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan. 2011. Penangkapan Ikan dengan Gillnet. Kementrian Kelautan dan Perikanan: Jakarta.

Sadhori. 1985. Teknik Penangkapan Ikan. Penerbit Angkasa. Bandung.

Setiyanto, Indradi. 2007. Kapal Perikanan. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Sofyan , Irwandy S.Pi., M.Si,  Ir. Syaifuddin. M.Si dan  Fistya Cendana, S.Pi. 2010. Studi Komparatif Alat Tangkap Jaring Insang Hanyut (Drift Gillnet) Bawal Tahun 1999 Dengan Tahun 2007 Di Desa Meskom Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis Propinsi Riau. Jurnal Perikanan Dan Kelautan. Universitas Riau.15(1) : 62-70.

Sudarno, Gunanti Mahasri Dan Kismiyati .2015. Ibm Bagi Petambak Udang   Tradisional Di Desa Pangkah Wetan, Kecamatan Ujung Pangkah, Kabupaten Gresik, Yang Mengalami Gagal Panen Secara Terus Menerus . Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan. 7 ( 1): 1-7.

Sudirman dan Achmar Mallawa. 2004. Teknik Penangkapan Ikan. Rineka Cipta:   Jakarta.

Suharso, Bambang Nur Aziz dan Asriyanto. 2006. Elastisitas Produksi PerikananTangkap Kota Tegal. Jurnal Pasir Laut, Vol.2, No.1,hal : 26-36.

Sulistiono, Nia Triyuniastuti Tirta, Dan Murniarti Brodjo. 2009.Kebiasaan Makanan  Ikan Kresek (Thryssa Mystax) Di Perairan Ujung Pangkah, Jawa Timur . Jurnal Iktiologi Indonesia, 9(1):35-48

Zarochman.2015.Perikanan Jaring Koncong (Encircling Gillnet) Pulolampes, Kabupaten Brebes. Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap Ipb Ke-6 Halaman: 1-2.